Islam adalah wahyu yang turun dari langit untuk menjadi
petunjuk bagi manusia di bumi. Oleh
karena itu, ia turun sebagai suatu pemikiran-pemikiran yang mengandung
pandangan-pandangan dan solusi-solusi tentang berbagai persoalan kehidupan yang
tercantum di dalam Al Quran dan Sunnah
Rasulullah saw.
Dan sebagai pemikiran langit,
Islam dijamin keunggulannya oleh oleh Allah SWT yang Maha Mengetahui lagi Maha
Tinggi. Dia SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ
بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُونَ
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa
petunjuk (al Quran) dan agama yang benar untuk Dia menangkan agama itu atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrik tidak menyukai” (QS.
At Taubah 33).
Juga firman-Nya:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ
بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى
بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang hak agar Dia menangkan agama itu terhadap semua agama. Dan cukuplah allah sebagai saksi” (QS.
Al Fath 28).
Dimana
letak keunggulan-keunggulan Islam, tulisan ini mencoba menguraikannya.
Keunggulan Islam atas agama-agama lain
Keistimewaan dan keunggulan
pemikiran Islam dibandingkan dengan agama-agama samawi sebelumnya adalah:
Pertama,
agama-agama sebelumnya ditujukan kepada kelompok manusia tertentu dan jaman
tertentu. Sedangkan Islam ditujukan kepada seluruh umat manusia hingga hari
kiamat .
Para Rasul terdahulu (sebelum
Rasulullah saw) diutus khusus untuk kaum mereka. Allah SWT mengutus Nabi Hud
a.s. kepada kaum ‘Aad (lihat QS. Al A’raf 65).
Kepada kaum Tsamud Allah SWT mengutus Nabi Shalih a.s. (lihat QS. Al
A’raf 73). Nabi Syu’aib a.s. diutus
kepada kaumnya, penduduk Madyan (lihat QS.
Al A’raf 85). Dan khusus kepada
kaum Yahudi Bani Israil Allah SWT
mengutus Nabi-nabi di kalangan mereka seperti Yusuf a.s., Musa a.s., Dawud a.s., Sulaiman a.s., Isa
a.s. dan lain-lain.
Namun setelah itu para
pengikutnya mengabaikan risalah rasul-Nya itu, dan mengubah pemikiran-pemikiran
dari risalah yang mereka terima itu setelah Rasul mereka wafat. Allah SWT
mengabadikan salah satu tindakan mereka mengubah pemikiran risalah Allah yang
dibawa Nabi mereka itu. Dia SWT
berfirman:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ
مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ
الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ
تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ
”(Tetapi)
karena mereka melanggar janji mereka, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati
mereka keras membatu. Mereka suka
mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka sengaja melupakan
sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad)
senantiasa akan melihart kekhianatan mereka kecuali sedikit dari mereka (yang
tidak berkhianat)…” (QS. Al Maaidah 13) .
Sedangkan Nabi Muhammad saw.
diutus kepada seluruh umat manusia hingga hari kiamat. Beliau adalah penutup
para nabi. Allah SWT berfirman:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي
رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Katakanlah:
Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua…”(QS.
Al A’raf 158).
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً
لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan
Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui” (QS. Saba 28).
Juga
fiman-Nya:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ
رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi” (QS.
Al Ahzab 40).
Kedua,
risalah-risalah Rasul terdahulu hanya memecahkan beberapa bagian tertentu dari
persoalan kehidupan manusia seperti akidah, ibadah, hubungan laki-laki dan
wanita atau persoalan makanan. Sedangkan syariat Islam hadir untuk memecahkan
seluruh aspek kehidupan manusia, baik interaksi manusia dengan Tuhan nya,
hubungan dia dengan dirinya sendiri, dan interaksinya dengan orang lain.
Syariah
Islam mengandung hukum-hukum Islam terhadap masalah-masalah aqidah dan ibadah
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT al Khalik, Sang Pencipta, agar
jelas keyakinan manusia kepada-Nya dan agar benar tatacara beribadah
kepada-Nya. Syariah Islam juga
mengandung hukum-hukum Allah SWT tentang akhlak, pakaian, dan makanan yang
mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Juga syariah Islam mengandung hukum-hukum
muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, akad perusahaan, dan berbagai masalah
ekonomi baik mikro maupun makro; hukum-hukum berkaitan dengan masalah politik
ketatanegaraan serta pertahanan dan keamanan; hukum-hukum yang berkaitan dengan
sanksi-sanksi atas pelanggaran hukum dan tata cara peradilan; yang kesemuanya
itu mengatur hubungan manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam pergaulan
di masyarakat. Kelengkapan syariah Islam
itu ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku, dan
telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah 3).
Ketiga,
mukjizat para rasul terdahulu bersifat temporal, akan berhenti dan lenyap
bersamaan dengan wafatnya rasul tersebut. Misalnya, mukjizat tongkat nabi Musa, tongkat itu hilang ditelan bumi. Tongkat yang memiliki berbagai keistimewaan
itu tidak ditemukan lagi hari ini. Demikian juga mukjizat kemampuan
menghidupkan orang mati yang dimiliki Nabi Isa, hilang bersama hilangnya Nabi
tersebut dari muka bumi. Mukjizat Nabi
Sulaiman berupa kemampuannya menundukan burung, jin dan angin, juga telah sirna
tiada muncul kembali. Serta mukjizat
unta betinanya Nabi Shalih yang menghasilkan susu yang melimpah ruah pun musnah
tak bisa diperbaharui. Sedangkan mukjizat Nabi Muhammad saw bersifat kekal dan
abadi sampai Hari Kiamat. Mukjizat itu Al-Quran al-Karim yang menantang manusia
untuk membuat yang serupa dengannya. Kitab Al Quran yang kita baca hari ini
adalah Al Quran yang dibacakan dan disampaikan oleh rasulullah saw. 15 abad
yang lalu. Dan jutaan kitab Al Quran yang
tersebar di seluruh penjuru duani dan ada dari masa ke massa adalah duplikasi
tanpa penambahan dan pengurangan dari Al Quran yang diterima oleh para sahabat
dari beliau saw. di Makkah dan Madinah saat beliau saw. masih hidup dan
mendapatkan wahyu dari langit. Inilah satu-satunya kitab yang dijanjikan oleh
Allah untuk dipelihara (dijaga) seperti dalam firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan al-Quran dan Kami pulalah yang akan menjaganya. (TQS.
al-Hijr (15):9)
Keunggulan Islam dari pemikiran “buatan” manusia
Tiga
keistimewahan diatas berhubungan dengan agama lagit atau agama samawi.
Bila
dibandingkan dengan pemikiran-pemikira yang dibuat oleh manusia, seperti ide
Sosialisme Materialisme, Sekularisme Kapitalisme, maupun ide-ide produk manusia
lainnya, Islam jelas berbeda dengan
pemikiran-pemikiran tersebut. Sebab, Islam berasal dari Sang Pencipta semesta
alam. Dialah Sang Pencipta yang maha mengetahui dan memahami karekteristik
manusia. Sedangkan manusia penuh dengan
keterbatasan, termasuk dalam memahami dirinya sendiri sekalipun.
Oleh
karena itu, tak seorang yang mampu membuat sistem yang bersifat menyeluruh,
sempurna dan rinci untuk mengatur kehidupan manusia layaknya aturan yang
diturunkan oleh Sang Pencipta Manusia dan Alam Semesta kepada manusia. Karena kekurangan manusia yang punya sifat-sifat
yang kjauh dari kesempurnaan, tidak jarang manusia saling berbeda pandangan dan
memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai dan memahami sesuatu.
Demikianlah,
apa yang dianggap baik sebagian manusia kadang-kadang dianggap buruk oleh yang
lain. Disisi lain tidak mungkin secara bersamaan mereka rela dengan aturan yang
dibuat orang lain. Bahkan golongan yang tidak ridha tadi bila berhasil memegang
tampuk pemerintahan, niscaya mereka akan mengganti sistem yang tadinya dibuat
oleh orang yang sebelumnya- sesuai dengan apa yang mereka sepakati dan
inginkan.
Sebab lain yang menjadikan
aturan buatan manusia tidak sempurna dan
tidak layak untuk mengatur manusia secara keseluruhan, adalah tidak adanya
pemahaman dari manusia pembuat aturan itu tentang perbedaan karakter masing-masing individu yang hidup dalam
masyarakat. Mereka juga tidak memahami perkara-perkara apa saja yang akan
muncul dan berkembang di masa yang akan datang.
Boleh jadi apa yang dianggap manusia hari ini baik, besok sudah berubah
dianggap buruk. Boleh jadi apa yang
dianggap manusia hari ini buruk, suatu ketika nanti mereka menganggapnya
baik. Bahkan boleh jadi apa yang
dianggap manusia hari ini buruk, sebenarnya hakikatnya baik, tapi manusia tidak
mengetahui hakikat itu. Demikian pula
sebaliknya. Allah SWT menjelaskan
keterbatasan anggapan manusia itu dalam firman-Nya:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ
لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah
sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah 216).
Sebagai contoh misalnya arus
besar (mainstream) manusia hari ini adalah mendewa-dewakan sistem
demokrasi sebagai sistem kehidupan dan sistem kenegaraan yang terbaik di
seluruh dunia. Mereka mengadopsi suara
terbanyak sebagai cara yang terbaik dalam memutuskan berbagai persoalan. Bahkan mereka menganggap suara rakyat adalah
suara Tuhan. Padahal Allah SWT, Tuhan
yang sebenarnya, yang telah menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan,
berfirman:
وَإِنْ تُطِعْ
أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ
إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan manusia di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah)” (QS. Al An’aam 116).
Jika persoalan yang membutuhkan ilmu
dan kepakaran diputuskan dengan suara terbanyak, maka suara seorang pakar yang
tahu betul masalah tersebut akan dikalahkan ole suara dua orang bodoh dan tidak
punya keahlian sama sekali dalam masalah itu yang diberi hak suara untuk
mengambil keputusan. Padahal, jika suatu
masalah diserahkan kepada orang bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya.
Khatimah
Allah Maha mengetahui apa yang terjadi. Islam yang
merupakan syariah Allah telah mengatur secara keseluruhan aktifitas manusia
maupun benda yang digunakan sebagai pemuas kebutuhan manusia, baik kebutuhan
naluri maupun jasmani. Allah telah memaparkan nash-nash al-Quran dan as-Sunah,
dengan pemaparan yang komprehensif, untuk menjelaskan status hukum bagi setiap
perkara yang akan terjadi, baik yang menyangkut perbuatan manusia maupun benda
yang digunakan oleh manusia.
Oleh karena itu, kaum muslim yang meyakini kebenaran
Allah dan rasul-Nya tak perlu lagi ragu untuk mengambil pemikiran Islam sebagai
pemikiran dan pemahamannya yang akan berguna baginya untuk memandu pandangan,
sikap, dan perilakunya dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Karena Islam adalah pemikiran yang tertinggi
dan tidak ada yang melebihnya. Wallahua’lam!
No comments:
Post a Comment
berikan komentar anda